Pernahkah kamu merasa ketinggalan dari orang lain? Sering merasa orang lain lebih produktif? Pernah merasa bersalah ketika beristirahat? Pernahkah kamu melupakan makan karena terlalu fokus? Hati-hati, bisa jadi kamu mengalami toxic productivity, loh!
Toxic productivity adalah keinginan tidak normal untuk menjadi produktif setiap saat. Namun, produktivitas yang berlebihan justru bisa menyebabkan burnout dan mengganggu kesehatan mental yang malah membuat kamu menjadi kurang produktif.
Simone Milasas, pelatih bisnis dan penulis Joy of Business mengungkapkan bahwa toxic productivity akan membuat seseorang merasa gagal ketika ia tidak bisa terus-menerus menjadi produktif. Pengidap lebih berfokus pada apa yang belum ia lakukan ketimbang melihat apa saja yang sudah ia kerjakan atau capai.
Tanda-Tanda Mengalami Toxic Productivity
Nah, seperti apa sih ciri-ciri orang yang mengalami toxic productivity? Apakah kita juga mengalaminya? Yuk, simak penjelasan di bawah ini!
- Perasaan sulit untuk beristirahat
Siapa nih yang sering merasa bersalah waktu beristirahat? Hati-hati, hal ini sudah menjadi salah satu ciri-ciri toxic productivity, loh! Merasa lelah untuk terus bekerja, tapi untuk beristirahat pun rasanya enggan karena menganggap hal itu hanya akan membuang waktu.
- Terlalu memforsir diri sendiri
Seseorang cenderung merasa sayang untuk meninggalkan pekerjaannya yang menumpuk ataupun terlalu perfeksionis dengan apa yang ingin ia hasilkan. Tetapi, kerap kali mereka tidak menyadari bila mereka telah memforsir diri sendiri hingga terjebak dalam lingkaran toxic productivity.
- Berekspektasi terlalu tinggi pada diri sendiri
Seseorang pasti memiliki ekspektasi dan harapan untuk dirinya sendiri. Banyak target yang ingin dicapai dalam perjalannya membuat seseorang memasang goals yang cukup tinggi. Namun, terlalu tingginya ekspektasi pada diri sendiri justru dapat membuat kita jadi stres, loh!
- Tidak pernah puas
Satu tanda ini juga bisa menjadi ciri-ciri toxic productivity telah bersarang. Dengan ekspektasi yang tidak realistis seseorang akan mudah merasa tidak puas dengan apapun yang telah ia capai walaupun telah mendapatkan sesuatu yang berharga.
Penyebab Toxic Productivity
- Hustle Culture
Hustle Culture adalah suatu budaya yang mana seseorang ditekan untuk bekerja lebih keras dan cepat. Misalnya, kebanyakan orang berpendapat bahwa di usia muda hendaknya kita harus kerja cepat dan melakukan berbagai aktivitas yang produktif. Secara tidak langsung akan membentuk diri kita menjadi orang yang kompetitif, tetapi tidak sehat dan malah masuk ke dalam toxic productivity.
- Self Worth
Self Worth dapat terjadi ketika seseorang merasa tidak berharga untuk orang lain. Mengapa? Bisa jadi orang tersebut ada luka di masa lalu. Seperti ada pemikiran, kalau ingin berharga di mata orang lain, kita harus berguna dengan cara kita harus bekerja. Padahal belum tentu seperti itu, lho.
- Faktor Stres
Stres juga menjadi salah satu penyebab toxic productivity. Menurut beberapa ahli tidak semua stress memberikan efek negatif, tetapi malah sebaliknya. Ada orang yang ketika stres menjadi tidak produktif sama sekali dan ada yang menjadi sangat produktif. Biasanya orang menjadi sangat produktif ketika stres karena untuk melupakan hal yang menjadikannya stres. Namun, hal tersebut tidaklah baik untuk kesehatan mental. Mungkin secara fisik mampu, namun secara mental dapat terganggu karena secara emosi pun tidak stabil.
Tips Menghadapi Toxic Productivity
- Kenali Tanda-Tandanya dan Sadari Masalahnya
Kenalilah tanda-tandanya, seperti apakah kamu sering merasa harus melakukan lebih banyak hal, dan merasa bersalah bila tidak melakukan sesuatu atau membuang-buang waktu. Bila kamu terus-menerus berusaha mengerjakan apa saja atau merasa bersalah, itu adalah toxic productivity. Tanda lainnya adalah merasa sangat kelelahan, bahkan ketika bangun di pagi hari.
- Berilah Jeda untuk Beristirahat
Salah satu ciri toxic productivity adalah terus-menerus bertanya kepada diri sendiri, “Apa yang bisa saya kerjakan sekarang?”, bahkan pada saat akhir pekan.
Menurut Milasas, pertanyaan tersebut harus diubah. Alih-alih mencari hal selanjutnya untuk dikerjakan, berilah diri sendiri waktu untuk beristirahat setelah selesai mengerjakan suatu proyek.
- Masukkan Perawatan Diri ke Daftar Tugas yang Harus Dikerjakan
Usahakanlah untuk merawat diri kamu sendiri, dengan cara apa pun kamu ingin melakukannya. Bagaimanapun cara kamu bersantai, jadikan hal itu sebagai prioritas yang harus dikerjakan sama seperti kamu mengerjakan proyek penting.
- Ganti Toxic Productivity dengan Pemisahan Profesional
Bila kamu mengalami toxic productivity, kamu perlu belajar keterampilan “professional detachment”, istilah yang diungkapkan oleh Ruettimann dalam bukunya. Pemisahan profesional artinya kamu tetap berkomitmen pada pekerjaan kamu dan melakukannya dengan sebaik mungkin sambil memahami bahwa pekerjaan kamu bukan lah satu-satunya identitas kamu. Dengan begitu, kamu bisa bekerja keras, tetapi tidak terikat pada pekerjaan tersebut.
Itulah penjelasan mengenai toxic productivity yang rentan dialami para pekerja. Tetap Kerjakan sesuai dengan kemampuan kamu ya, karena sesuatu yang berlebihan sangatlah tidak baik.
Sumber